Minggu, 03 Maret 2013

mengatasi kecanduan game online

Fenomena game online mulai muncul sejak tahun 2000-an. Berbagai jenis permainan ditawarkan mulai dari game fashion bagi anak perempuan maupun game balap mobil hingga game kekerasan seperti saling adu tembak dan bom seperti Counter Strike sampai game dengan aksi pencurian seperti GTA.  Akhir-akhir ini juga bermunculan game bertema perkelahian antar geng sebut saja salah satu contohnya geng wars.
Kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada judi atau narkotik, karena bersifat adiktif. Terkadang ada anak yang meminta uang jajan lebih padahal dipakai untuk bermain game online. Ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal seperti mencuri.
Melepaskan anak bermain game online sesuka hati akan berakibat buruk pada psikis anak seperti: tidak peduli dengan kehidupan di luar, cuek, acuh tak acuh, dan kurang peduli terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar, nilai sekolah jeblok, tidak mau lagi beraktivitas di kegiatan ekskul, menarik diri dari dunia luar atau sering terpaku berlama-lama ngegame di depan komputer playstation, ipad atau gadget elektronik lainnya.
Dari sisi fisiknya, orang yang berlama-lama terkena paparan cahaya radiasi komputer akan beresiko merusak saraf mata dan otak. Selain itu masalah dalam metabolismenya akan sering muncul. membuat mereka sulit berkonsentrasi terhadap pelajarannya, pekerjaan, bahkan sering bolos.
Saat bermain game memang menghabiskan banyak waktu untuk menciptakan sebuah karakter mereka. Belum lagi untuk mendapatkan senjata baru atau score yang tinggi, ini akan membuat pemain enggan berhenti bermain sebelum mereka memenuhi target, begitu target tercapai, selalu ada target yang lebih besar.
Game online memang dirancang agar pemain bekerja sama untuk mencapai tugas tertentu. Karena itu pemain merasa tidak dapat meninggalkan permainan sebelum memenuhi kewajiban untuk tim mereka.
Daya tarik lainnya dari game adalah mereka bisa menjadi siapa saja sesuai yang mereka inginkan, dan relatif mudah untuk meningkatkan karakter. Masalahnya adalah mereka kesulitan belajar bersosialisasi di dunia nyata, khususnya buat mereka yang memang kesulitan berteman.
Berikut ini beberapa sebab kecanduan game:
Lingkungan, anak cenderung melihat lingkungannya seperti juka teman-temannya banyak bermain game online maka ia cenderung ingin bergabung dengan teman-temannya.
Adanya fasilitas, tersedianya internet tanpa kontrol membuat anak menghabiskan waktunya bermain sesukanya. Juga adanya uang jajan berlebih dapat digunakan anak untuk bermain game di rental-rental.
Tidak banyak pilihan permainan dan sudah bosan, memang ada mainan alternative namun anak cenderung merasa bosan karena teman seusianya jarang yang memainkannya sehingga ia merasa permainan nyata cenderung kuno dan permainan game online adalah yang terkeren.
Orangtua cuek terhadap anak, Mungkin saja maksud orang tua adalah bukan cuek tetapi rasa sayang dan kasihan dan takut anaknya ngambek namun jika saatnya harus dihentikan permainannya maka orang tua harus tegas agar tidak terkesan cuek  bagi orangtua yang sibuk bekerja dengan mudah menyediakan perangkat video game hanya karena tidak mau repot dengan anak.
Solusi yang dapat disarankan dalam mengatasi kecanduan game, antara lain:
Beri batasan waktu bermain game, jangan dilarang. Melarang anak bermain komputer dan internet pada zaman sekarang adalah sesuatu yang mustahil. Namun, memberinya kebebasan tanpa batas untuk mengakses internet, juga bukan tindakan yang bagus. Bila menggunakan modem, maka setelah bermain maka modsem dipegang orang tua, jika menggunakan kabel telpon maka dicabut pada batas waktunya.
Beralih pada kegiatan yang lebih positif, misalnya blog untuk mengasah anak di bidang tulis menulis.
Beralih pada game fisik, selain untuk olahraga namun juga baik untuk kegiatan sosialisasi anak dan bagus untuk melatih bakat olahraganya. Seperti  basket, sepak bola, futsal, bersepeda, berenang.
Boleh bermain game dengan syarat sudah mengerjakan kewajiban,  seperti solat, mengaji, mengerjakan PR. Namun orangtua harus lebih selektif dalam mencarikan mainan untuk anak-anaknya. Sebisa mungkin permainan yang mempunyai unsur edukatif, bukan permainan yang mengandung adegan kekerasan.
Sebenarnya tidak semua game berdampak buruk bagi anak, hanya saja perlu diperhatikan bahwa game yang dimainkan anak anda sesuai dengan umurnya serta memberi pengertian pada anak bahwa game hanyalah hiburan maya semata sehingga perlu adanya batasan waktu agar tidak mengganggu kegiatan anak di dunia nyata.

0 komentar:

Posting Komentar